Suasana Raya di Jalan Juanda

Gema takbir mulai menyebar di setiap masjid sebagai tanda kemenangan warga muslim yang kian jelas di depan mata, satu langkah menuju pagi yang dinanti-nanti yakni berkumpul dengan satu tujuan sama di jalanan ataupun di lapangan yang luas. Warna-warni petasan perlahan menghiasi langit malam di wilayah Pucangsawit RW 04 kala itu, disusul sorak penuh kemenangan anak masjid yang berkeliling membawa bedug. Pada malam takbir pertama, saluran televisi mulai didominasi oleh berita terkait penetapan jatuhnya hari raya Idul Fitri 1444 H.

Tahun ini memang terdapat perbedaan ketetapan hari lebaran antara pemerintah yang jatuh pada 22 April dengan non-pemerintah yang jatuh pada 21 April. Perbedaan hari tentu bukanlah sebuah masalah selagi sesama muslim dapat saling memahami dan menghormati keputusan itu, begitulah yang diucapkan Ibu saat malam takbir telah berbunyi secara bersahutan. Dikarenakan perbedaan itulah, maka akan ada dua malam yang dipenuhi suara takbir dengan jadwal sholat Ied yang berbeda. Masyarakat sekitar kelurahan Pucangsawit menggelar sholat Idul Fitri bertepatan pada hari kartini, termasuk diriku yang memutuskan mengambil hari kemenangan pada 21 April 2023.

Pagi itu udara sejuk kembali menyelimuti, hangatnya panggilan takbir kembali menyapa telinga warga usai suara adzan subuh berkumandang satu jam lalu. Setiap orang sibuk mempersiapkan pakaian terbaiknya sebelum berkumpul di Jalan Juanda. Kala waktu menunjuk angka lima lebih, beberapa langkah kaki sudah mulai terdengar lengkap dengan sapaan dan candaan. Beberapa bercengkrama santai, beberapa berjalan terburu-buru karena tertinggal dengan kumpulannya. Anak-anak berkalung sajadah berlarian di sepanjang jalan mengucap takbir hingga ke lokasi sholat menambah suasana hangat di jalan pada pagi hari.

 

 

Langit biru nan cerah menghiasi suasana lebaran bagi seluruh lapisan masyarakat, goresan awan putih menciptakan panorama seolah turut menyambut hari penuh kemenangan ini. Sebuah bentangan jalan sekitar lima ratus meter telah dipenuhi warga yang hendak melaksanakan sholat Idul Fitri. Penutupan Jalan Juanda dimulai dari beberapa ratus meter sebelum kelurahan Pucangsawit hingga beberapa ratus meter setelah indomaret Pucangsawit. Dua speaker besar berdiri tegak di samping saf laki-laki dan saf perempuan. Warga mulai berbondong menggelar sajadah dengan tetap merapikan barisan sesuai ketentuan, suasana akrab makin nyata kala beberapa dari mereka memutuskan berbagi tikar dengan orang yang belum dikenal.

Tepat di sebelah kelurahan terdapat Sekolah Dasar yang gerbangnya terbuka lebar, riuh suara panitia samar terdengar dari halaman depan sekolah tersebut. Mereka kembali diberi arahan mengenai penjagaan kotak infaq yang akan dibagi ketika kegiatan sholat telah usai. Kembali langkahku bergegas melewati gedung SD begitu saja lantaran saf perempuan sudah semakin bertambah. Setelah mendapat bagian yang kosong mulailah kami menggelar tikar diikuti jamaah lain yang menyesuaikan barisan di sisi kiri.

Seolah sudah menjadi sebuah tradisi, kehadiran beberapa penjual balon gas dengan karakter lucu juga ikut menghiasi tepian jalan dengan maksud menarik perhatian anak-anak yang ikut berjamaah bersama keluarganya. Maka sudah jadi pemandangan wajar jika banyak balita yang berlari menuju penjual tersebut dengan tetap didampingi pihak keluarganya. Tak ketinggalan pula sepasang penjual bakso goreng yang senantiasa berdiri di dekat indomaret demi menanti kehadiran pembeli sembari menunggu khotbah selesai.

Jarum jam mulai menunjuk angka enam kurang sepuluh, takbir berhenti disusul khotib yang membacakan hasil infaq sholat Idul Adha tahun lalu serta jumlah hewan kurban di setiap masjid kelurahan Pucangsawit. Tak lama, takbir kembali nyaring sesaat dan ditutup oleh suara imam yang memberi panggilan akan dimulainya sholat dilanjut membacakan niat sholat Ied pada jamaahnya. Tepat pukul enam, sholat Idul Fitri berlangsung dengan tertib. Dua rekaat dengan bacaan yang diucapkan dengan lantang dan merdu, sepanjang jalan hening menyisakan suara imam yang terus melantunkan ayat suci hingga salam di rekaat akhir kemudian dilanjut dengan khotbah.

Usai khotbah, seluruh jamaah kompak berdiri membersihkan sampah sekitar dan menggulung tikar milik pribadi. Uluran tangan saling menjabat satu sama lain, saling memohon maaf diikuti perbincangan acak sebelum kembali ke rumah masing-masing. Riuh takbir masih menggema diantara ramainya warga yang sama-sama menyambut hari raya penuh sukacita. Karena hanya pada momen seperti inilah semua orang dapat berkumpul dalam keadaan bahagia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keindahan Taman Tepi Sungai